Sabtu, 06 Desember 2014

Sajak Hidup Manusia #MoveOn


“lebih baik aku tersiksa dineraka karena cinta kepada Allah, daripada aku masuk surga dengan bergelimang kesenangan tetapi bukan karena cintaku kepada Allah melainkan aku cinta kepada kesenangan surga”.

Lama banget gak nulis di blog, karena kesibukan kuliah, pondok, dan move on dari mantan, tapi gagal. Putus cinta – move on – let go – bangun cinta baru, itu siklus hati yang seneng pacaran dan gonta ganti pasangan dengan alesan untuk cari yang terbaik. Tapi gue gak akan bahas tentang yang “seneng” itu.

Berangkat dari keresahan hati aja, pusing karena awalnya gue kira, gue udah lelah buat lanjutin hubungan waktu itu. Dilanjut dengan berakhirnya hubungan gue, dan proses adaptasi yang mungkin bagi sebagian orang sulit, “move on”. Move on bukan berarti hapus segala-galanya, tapi menunda untuk waktu yang lama untuk inget lagi ke kenangannya, rasanya, dan dirinya. Menunda berarti suatu hari nanti bakalan inget lagi buat sekedar nikmatin masa-masa indah dimasa lampau, dengan tujuan yang macem-macem. Ada yang tujuannya buat bikin diri sendiri senyum-senyum sendiri, ada juga yang nginget buat diambil pelajarannya dan dipake buat masa yang akan dihadapi berikutnya, atau ada juga yang nginget tapi tujuannya bukan untuk keduanya, melainkan untuk hidup didalamnya dan melanjutkan kehidupan dengan hidupnya. Yang terakhir ini namanya gagal move on, sama kayak gue.

Orang banyak yang bilang, kalo mau move on itu ya harus go on, atau dengan kata lain, kalo kehilangan seseorang, berarti harus nemuin seseorang yang lain, kehilangan sebuah masa, berati harus ciptain sebuah masa yang lain, atau kalo kehilangan sesuatu misalnya barang , ya harus diganti dengan barang.  Tapi yang gue hadapin sekarang, bukan lagi sekedar kehilangan barang, masa atau seseorang, melainkan kehilangan hidup. Sama seperti bait yang kehilangan sajaknya. Tanpa sajak, tak akan ada bait, tapi sajak tetap sajak, manusia tetep manusia, gue tetep gue, yang masih bisa berdiri sendiri tanpa bait. Namun seperti halnya sajak, ia tak akan tampak elok jika tanpa bait, tak akan meraih kesempurnaan tanpa bait, dan puisi takan mampu menjadi sastra tanpa bait.

Analoginya, manusia adalah sajak, bait adalah hidup, dan puisi adalah kehidupan.  Lebih sempit lagi, darah dalam tubuh adalah sajak, bait adalah jantung nya, dan puisi adalah manusia. Jadi bisa dibayangkan kalo manusia kehilangan hidupnya, kehilangan jantungnya, dan puisi kehilangan baitnya. Kesemuanya bisa dia tambel sama hal yang sama tapi dari tempat yang berbeda. Transpalansi jantung misalnya, ada caranya tapi bukan hal yang mudah.

Cara terbaik buat nyegah semua itu terjadi cuman satu, pertahankan semuanya. Cintai semuanya, cintai jantung, cintai hidup dan cintai pasangan.

Cinta adalah cara untuk mencapai kesempurnaan. Kata “Wafat(dalam bahasa arab) artinya sempurna” sedangkan mati diambil dari kata “mata(dalam bahasa arab) artinya hilangnya kekuatan, sedangkan “ajal(dalam bahasa arab) artinya habisnya waktu. Manusia yang meninggal dunia disebut telah wafat, yang berarti telah sempurna. Allah menurunkan manusia untuk menebarkan cinta pada semua mahluk dan membagikannya pada pasangan. Seseorang yang telah wafat seperti Nabi Muhammah saw, telah membagikan dan menebarkan cinta kepada semua mahluk Allah, maka Allah telah menyempurnakan Nabi kedalam alam akhirat yang superpower.

Cinta itu ada karena manfaat. Jika cinta tak memberi manfaat maka tinggalkan cinta itu, karena itu bukan cinta yang Tuhan maksudkan.

Gue kira dengan putusnya hubungan, bakalan nambah bahagia dan bebas. Ternyata enggak, mungkin ada sebagian yang bisa dapet keduanya, dan sebagian yang lain dapet keduanya pula tapi dengan jalan kemunafikan.

Berharap bakalan lebih bisa fokus sama hapalan Al-Qur’an, ternyata hapalan gue makin hari makin lambat dan gak beres, berharap bisa semangat kuliah karena bisa cari orang baru, ternyata malah males kuliah karena selalu kepikiran dia, berharap bisa fokus merhatiin pelajaran dari dosen, ternyata malah fokus stalking sosmed dia, berharap bisa fokus baca, tenyata malah kepikiran buat nulis tentang dia, dan berharap bisa semangat ngaji ternyata malah males karena cuman dia yang pengen gue kasih tau ilmu baru yang gue dapet. Ngenes sih waktu tau kalo cuman gue yang tau rasa ini, tapi sekarang gue bagi buat siapapun yang pernah atau lagi dalam keadaan kayak gini. Harapannya biar kita sama-sama bangkit, ternyata ........................................”

Sadar didalem masa penyesalan emang terlalu terlambat, makanya gue coba buat cari yang lain. Tapi gak akan pernah ada yang pas, kalo dia aja udah tampak sempurna. Coba balik kecinta sebelum dia, kayak cinta pertama atau orang yang gue kejar-kejar sebelum dan sesudah ketemu dia, bukannya mekar lagi tapi malah makin layu dan mati. Sementara yang mau dihilangin malah makin kuat, ranum, dan mekar. Apalagi kalo bukan cinta.

Setiap denger orang bilang kata “janji”, gue masih aja keinget janji-janji gue yang belum dipenuhi buat dia. Ada niat buat kembali ke hidup lama dan lanjutin kehidupan, pake jantung lama lagi,pake bait lama lagi buat sajak, tapi sekedar ngucap “kamu apa kabar??” aja, deg-deg-an, bahkan keringet dingin. Parahnya itu di sort massage. Kalo udah ngerasain begini, jadi inget masa awal pedekate. Lucu sih, tapi ya tegang juga.

Mungkin yang gue rasa dulu “aku+kamu= rasa sakit, tapi aku cinta rasa sakit itu dengan kamu”. Dan sekarang gue ngerti arti perasaan itu setelah Cak Nun ngomong “lebih baik aku tersiksa dineraka karena cinta kepada Allah, daripada aku masuk surga dengan bergelimang kesenangan tetapi bukan karena cintaku kepada Allah melainkan aku cinta kepada kesenangan surga”. Ternyata cinta adalah menelan rasa sakit sebagai bukti kesungguhan dan berpasangan bukan untuk menemukan kebahagiaan tetapi untuk membagikan kebahagiaan itu. Membagikan cinta itu walau sakit itu tetap jalannya.

Sakit sih jalannya, tapi sekarang sakit itu yang gue kangenin.

Solusinya belum dapet, jadi untuk sementara gue potong disini dulu.  


Abis baca ini, silahkan coba dengerin lagunya Phil Collins – You ll be in my heart.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar